Senin, 30 Juni 2008

Saatnya Kita Merangkul Petani

Bangsa Indonesia harusnya menghargai petani, yang selama ini telah berusaha dengan jerih payah mengusahakan lahan pertaniannya dengan berbagai komoditas tanaman, mulai dari tanaman hortikultura dan buah-buahan, tanaman pangan, tanaman obat-obatan, sampai dengan tanaman perkebunan, yang notabene areal yang ditanam rata-rata kurang dari 0.25 Ha. Wah sungguh ironis negara kita yang begitu luas, masa iya petaninya hanya rata-rata mengusahakan lahan kurang dari 0.25 Ha. Sungguh suatu yang perlu mendapat perhatian kita semua, khususnya para birokrat, politisi, atau akademisi yang care terhadap masalah pertanian di negara kita.

Saat pemilu serta kampanye pemilihan presiden, gubernur, bupati ataupun namanya isu-isu pertanian yang berkaitan dengan petani selalu pas untuk diangkat. Begitu juga dengan akademisi, petani selalu menjadi objek penelitian dalam skripsi, tesis, atau desertasi. Namanya petani selalu dibawa-bawa terus, akan tetapi bila mereka sudah memegang kekuasaan/jabatan atau memperoleh gelar kesarjanaan petani seakan terlupakan ditelan bumi entah kemana.

Rasanya tidak adil bila petani hanya dijadikan belaka, seharusnya petani mempunyai posisi tawar yang sejajar dengan mereka, karena petani ternyata mempunyai kekuatan yang luar biasa, di kala krisis ekonomi melanda negara-negara di belahan dunia ini, petani masih eksis menunjukkan kekuatannya dalam menopeng perekonomian.

Sudah sewajarnya dan saatnya petani menerima apa yang selama ini menjadi dambaan mereka, ingin menikmati jerih payah dari usaha mereka, yang tidak lain dengan kesabaran, keuletan, dan ketekunan akan membuahkan hasil yang selama ini terpinggirkan. Hal ini bisi dilihat dari harga-harga hasil produk pertanian, seperti kakao, kelapa sawit, karet, singkong, kedelai, beras dan lain sebagainya yang memiliki harga yang cukup bagus.

Sudah saatnyalah kita menempatkan petani sejajar dengan yang lain, yang merupakan tulang punggung perekonomian kita di sektor pertanian. Mari para birokrat, politisi, akademisi, atau siapapun stratanya bisa berkolaborasi dan mimpi bersama petani untuk bangkit menjadi bangsa yang mampu berswasembada pangan.....................bersama kita bisa.

Tidak ada komentar: