Selasa, 05 Agustus 2008

Kenangan Bersama Almarhum Ibuku


Ibuku adalah orang yang ulet, beliau menanamkan kejujuran, dan kerja keras kepadaku. Hal ini aku rasakan saat aku masih kecil sampai aku jadi dewasa sampai sekarang ini. Ibuku tipe seorang pekerja keras, dengan berbekal semangat, kerja keras, dan doa beliau bisa menyekolahkan aku sampai jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Aku tidak mau mengecewakan kedua orang tuaku yang telah jerih payah membanting tulang untuk kemajuan anaknya. Beliau ingin anaknya punya pengetahuan yang cukup untuk mengahadapi masa depan yang semakin berat. Aku diwisuda pada Desember 1993 di Universitas Lampung dengan didampingi oleh Almarhum Ibunda tercinta dengan Ibu Angkatku Almarhum Suratmi. Aku diwisuda tanpa kehadiran Bapakku, beliau tidak mau hadir walaupun undangan untuk dua orang. Bapakku orangnya tidak suka publikasi, maklum saja petani deso (istilah Tukul Arwana), padahal sudah aku siapin baju batik dan sepatu, tapi beliau tidak bergeming. Aku tidak bisa memaksanya, karena nanti membuat Bapakku tersinggung, hanya saja Bapakku bangga dan bersyukur serta mendoakan dari rumah saja.

Awal Karirku di Perkebunan





Aku memulai karir bekerja sebagai Sinder Kebun di PT. Kartika Mangestitama, di tempat yang sama saya pernah menjabat Kepala Tata Usaha, walaupun kurang dari satu tahun. Selanjutnya pada tahun 1998 saya bergabung dengan PT. Hindoli (A Cargill Holding Company) di Sei Lilin Sumatera Selatan, sebagai asisten pembebesan lahan/land acquisition assistant. Aku ditempatkan di Desa Tanjung Dalam dan Desa Dawas cikal bakal estate Tanjung Dalam yang sekarang jadi Mill ke dua dan Jety kedua setelah mill di Sei Lilin. Di sini akses ke kecamatan sekitar 1 jam dan ke Kabupaten Musi Banyuasin sekitar 2.5 jam dan ke ibu kota propinsi sekitar 3.5 jam. Di Estate ini sekarang bisa tembus ke estate Srigunung dengan dibangunnya jembatan penghubung, yang dulunya kita hanya bisa mengases menggunakan sampan saat inventori tanah-tanah warga untuk ganti rugi tanam tumbuh.

Saat itu saya bergabung dengan Harapan Lubis, Astawa, Mr. Allan Calvert, Kusnandar, Noor Aksan, dan Anwar Jenun sebagai humas pembebasan lahan PT. Hindoli yang notabene Kades Srigunung. Aku banyak ketemu dengan warga dari dua desa dan Kadesnya yaitu Sarkowi Rokbi (Kades Tanjung Dalam), Sekdes Tanjung Dalam Marzuki dan Nazaruddin (Kades Dawas), sesekali ketemu dengan kades Sukadamai, dan Bentayan di Cafe pinggir jalan lintas Srigunung - Jambi.

Wah daerah ini warganya agak sulit banyak membuat masalah, sampai-sampai lahan 864 Ha yang sudah dibayar ganti ruginya harus distop oleh Bupati TK II Muba untuk reinventori, sampai jelas permasalahannya. Aku ngantor di kantor darurat di Tanjung Dalam, kemudian ke rumah Pak Sekdes Marjuki, dan di rumah Pak Enol Dawas. Mandipun dengan air sungai Dawas yang mandi cuci dan lainnya menjadi satu, wah sungguh pengalaman yang tak terlupakan, tapi itu bagi saya hal yang biasa, justru istriku yang baru sekali mengenal duniaku kaget dan menangis sepanjang jalan dari mulai masuk C2 menuju Desa Tanjung Dalam.

Selesai ganti rugi, kemudian dilaksanakanlah tahapan land clearing dan aku tetap di pembebasan lahan, kalau ada sengketa antarwarga saya dan kusnandar untuk mempertemukan antarwarga yang bersengketa, perangkat desa, dan kecamatan untuk mencari solusinya sehingga land clearing tetap berjalan. Dari sini aku dimutasi ke Divisi Srigunung ketemu Pak Didin mandor besar yang juga PPL Kecamatan Sungai Lilin. Tidak lama disini aku dimutasi ke Divisi 2.1 C4, menggantikan Pak Faujan, selanjutnya saya memegang Divisi Pembibitan di dekat sungai Sukadamai dengan sistem sumisunsui irrigation. Selanjuntnya aku diberi kepercayaan memegang Divisi 2.3 A ketemu dengan mandor Mustamin, dengan Askep Hermansayh dan Estate Manager Muktamar Abas Saputro yang sekarang bekerja di salah satu perkebunan di Bengkulu.

Banyak sudah atasan yang pernah membimbing saya, mulai dari Edi, Harapan Lubis, Ibnu Trisamsi, Ziffriardi, Edinof, Fauzi, Kasman, Hermansyah, Muktamar Abas Saputra, Fahrizal Arief, Tarigan (Alm), Astawa, dan yang terakhir Sudi Rahardjo yang sekarang menjadi Plantation Operation Manager.

Terakhir saya bekerja di Estate Sungai Tungkal bersama Estate Manager Sudi Rahardjo, sebelumnya Muktamar Abas Saputro sebagai estate manager. Di sini aku ikut membangun emplasement Housing dan fasilitas lainnya. Aku resign dari PT. Hindoli per Oktober 2003, dan aku kembali ke Hindoli bulan Juli 2007 untuk mengadakan riset untuk program magisterku di Program studi Agroteknologi Universitas Lampung, dengan judul " Studi dampak penggunaan traktor terhadap produksi kelapa sawit (Eleais guineensis. Jacq), sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah di perkebunan kelapa sawit PT. Hindoli (A Cargill Hoding Company) Sungai Lilin Sumatera Selatan".

Selasa, 22 Juli 2008

Aku Tempo Dulu




Aku setelah lulus S1 dari PS Agronomi Universitas Lampung langsung bekerja di Surabaya sebuah perusahaan agribisnis. Aku cuma bertahan selama kurang lebih empat bulan, selanjutnya aku bergabung dengan sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit dan kakao di Blambangan Umpu, Way Kanan, tepatnya di Desa Bukit Gemuruh. Di sini aku sebagai cadet asisten kebun/sinder perkebunan kakao. Aku mengepali afdeling seluas kurang lebih 450 Ha tanaman coklat/kakao. Wah di sini aku di daerah yang cukup terpencil/remote area, hanya ditemani mandor dan pekerja harian. Salah satu hiburan yang cukup menghilangkan kesepian adalah pesawat HT dengan antena menjulang 3 pipa. Aku bisa mengudara dan bertemu dengan rekan-rekan anggota ORARI di sekitaran Lampung dan Belitang (OKU Timur). Satu sampai 2 minggu aku tinggal di long house kebun dengan hiburan perangkat HT dan televisi 17 inchi dengan siaran TV Palembang dengan tayangan iklan himbauan lagu pisau di pinggang, wah tidak seperti sekarang walau tinggal di kebun fasilitas siaran banyak stasiun TV swasta dan fasilitas internet.

Aku kariernya di sini cukup bagus, mulai dari sinder afdeling kakao, kemudian pindah ke sinder afdeling kelapa sawit, terakhir aku diangkat sebagai Kepala Tata Usaha, menggantikan senior saya bapak Gun Gun Gunawan yang alumni Unpad. Wah megang jabatan ini bukan orang sembarangan di sini, karena membutuhkan ketelitian dan cerewet, ditambah analisis yang kuat. Sungguh suatu jabatan yang banyak diincar orang, terutama kawan-kawan yang berambisi memegang suatu jabatan strategis. Aku banyak digoyang rekan-rekanku yang ternyata musuh dalam selimut, hingga akhirnya aku dimutasi ke Jakarta sebagai staf Direksi bidang tanaman. Darah mudaku berontak, aku tidak mau diperlakukan demikian, apalagi orang yang menggantikan aku merupakan orang baru yang belum pernah bekerja di tempat aku bekerja, dia adalah istri dari temanku yang selama ini kuanggap kawan yang baik, ternyata menelikung dari belakang. Sungguh di luar dugaan saya, ternyata teman yang selama ini pengangguran, aku tolong bersama kawan-kawan untuk bisa bekerja di tempatku bekerja ternyata berhati jahat, ibarat aku memelihara anak macan. Sungguh ini pelajaran yang berharga agar aku tidak gegabah memilih teman.............................. !!!! Teman yang baik bagiku adalah teman yang mengerti aku di kala suka dan duka.

Seperti biasa tiap bulan, kebiasaan di tempatku bekerja ada surat masuk dari Jakarta. Pada saat itu aku mendapat surat dari Jakarta yang isinya agar saya menempati pos baru di Jakarta sebagai Staf Direksi Bidang Tanaman. Tidak banyak cerita dan komentar, langsung aja aku mengumpulkan rekan-rekan untuk meeting dan aku berpamitan untu Resign, sekaligus mengirim SSB ke Jakarta pamitan untuk mengundurkan diri.

Senin, 30 Juni 2008

Abstract Tesisku



ABSTRACT

EFFECTS OF TRACTOR UTILIZATION ON OIL PALM( Elaeis guineensis Jacq.) YIELD AND SOIL PROPERTIES OIL PALM PLANTATION OF PT. HINDOLI (A CARGILLHOLDING COMPANY) SUNGAI LILIN
SOUTH SUMATERA
By
Saban



Oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) has provided substantial contribution to national economic growth. In additional, oil palm plantation has significantly increased farmers welfare. Indonesia is in fact the biggest oil palm producer in the world after Malaysia.


One of the problems of oil palm plantation is that the yield is still low. Improvement of cultural technicques expectedly can increase oil palm yield. One of way increasing yield is by employing mechanization, i.e. using tractors. This experiment was conducted to study effect of duration of mechanization, i.e. use of tractors on oil palm yield and physical, chemical, and biological properties of soil.


This experiment was carried out at estate Sungai Tungkal and Sungai Pelepah using survey method. Each estate was subjected to mechanization applied: one-year, two-year, and three year period of mechanization. In each blocks applied of mechanization was done in three replicates. Soil sample taken at track area of tractors by random. While yields of data taken away from by each estate during one year. One-year, two-year, and three-year was represented by planting year 2001/2002, 1999/2000, and 1997/1998, respectively. Data were analyzed with BIPLOT using descriptrive-explorative statistics. Difference in variable values was subjected to multivariate analysis of variance (MANOVA).

The highest yield was achieved by three-year period of mechanization, i.e. 5.596 ton/ha/year, with regards to soil properties. There was no difference in carbonorganic content, total-N content, available-P, exchangeable-K, exchangeable-Mg, and soil cation exchange capacity among the htree treatments of mechanizations. There was difference in soil water content, bulk density, porosity, aeration pores, macro pores, permeability, and soil penetration depth. There was difference in populations of macrofauna, i.e. ants, termites, beetles, and other arthropods, and earth-worm at different depth of soil, 0-10 cm depth being mostly inhabited by earth-worm. Physical and chemical properties of soil in estate Sungai Tungkal and Sungai Pelepah is about the same. In term of macrofauna, however, estate Sungai pelepah had more macrofauna.

Saatnya Kita Merangkul Petani

Bangsa Indonesia harusnya menghargai petani, yang selama ini telah berusaha dengan jerih payah mengusahakan lahan pertaniannya dengan berbagai komoditas tanaman, mulai dari tanaman hortikultura dan buah-buahan, tanaman pangan, tanaman obat-obatan, sampai dengan tanaman perkebunan, yang notabene areal yang ditanam rata-rata kurang dari 0.25 Ha. Wah sungguh ironis negara kita yang begitu luas, masa iya petaninya hanya rata-rata mengusahakan lahan kurang dari 0.25 Ha. Sungguh suatu yang perlu mendapat perhatian kita semua, khususnya para birokrat, politisi, atau akademisi yang care terhadap masalah pertanian di negara kita.

Saat pemilu serta kampanye pemilihan presiden, gubernur, bupati ataupun namanya isu-isu pertanian yang berkaitan dengan petani selalu pas untuk diangkat. Begitu juga dengan akademisi, petani selalu menjadi objek penelitian dalam skripsi, tesis, atau desertasi. Namanya petani selalu dibawa-bawa terus, akan tetapi bila mereka sudah memegang kekuasaan/jabatan atau memperoleh gelar kesarjanaan petani seakan terlupakan ditelan bumi entah kemana.

Rasanya tidak adil bila petani hanya dijadikan belaka, seharusnya petani mempunyai posisi tawar yang sejajar dengan mereka, karena petani ternyata mempunyai kekuatan yang luar biasa, di kala krisis ekonomi melanda negara-negara di belahan dunia ini, petani masih eksis menunjukkan kekuatannya dalam menopeng perekonomian.

Sudah sewajarnya dan saatnya petani menerima apa yang selama ini menjadi dambaan mereka, ingin menikmati jerih payah dari usaha mereka, yang tidak lain dengan kesabaran, keuletan, dan ketekunan akan membuahkan hasil yang selama ini terpinggirkan. Hal ini bisi dilihat dari harga-harga hasil produk pertanian, seperti kakao, kelapa sawit, karet, singkong, kedelai, beras dan lain sebagainya yang memiliki harga yang cukup bagus.

Sudah saatnyalah kita menempatkan petani sejajar dengan yang lain, yang merupakan tulang punggung perekonomian kita di sektor pertanian. Mari para birokrat, politisi, akademisi, atau siapapun stratanya bisa berkolaborasi dan mimpi bersama petani untuk bangkit menjadi bangsa yang mampu berswasembada pangan.....................bersama kita bisa.